Bermula dari urus pengungsi, kini usahanya merambah pasar ekspor.

Jalan untuk bisa jadi jutawan bisa darimana saja. Salah satunya kisah Herlina (32). Pelaku UMKM asal Bangkalan, Madura ini kini bisa meraih omzet puluhan juta sebulan. Uniknya, semua berawal dari kegiatan sosial yang digeluti.

Herlina kini bisa lebih tenang. Pemilik usaha Lyena Craft ini tak lagi dibayangi rasa waswas produk kerajinan tangan yang dirintis bakal dibajak pihak lain. Ini setelah ibu satu anak ini mengantongi surat Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. Surat ini menyatakan bahwa ibu satu anak pemilik nama lengkap Herlina Triesnayati ini sebagai pencipta sekaligus pemilik hak cipta Tas Agel Bangkalan.

Surat paten tersebut diterima pada 13  Agustus 2015 lalu. “Alhamdulillah, saya kini bisa lebih tenang. Sebelumnya sempat dihantui rasa waswas. Bagaimana tidak, jangankan produk beginian, tempe saja dibajak orang,” ungkapnya.

Tas Agel Bangkalan merupakan salah produk handicraft yang dirintis Herlina sejak  8 Juni 2007 lalu. Produk ini berbahan dasar dari daun Pohon Gebang. Ini sejenis pohon Palem berbatang tunggal  setinggi 15-20 cm ini. Pohon ini hanya tumbuh di  wilayah-wilayah tertentu. Khususnya di perbukitan dekat pantai.  Di Bangkalan, pohon ini  tumbuh di kawasan Desa Klebun, Kecamatan Sepuluh, 50 km dari Kota Bangkalan. Awalnya, pohon ini dianggap sebagai hama oleh warga setempat karena dianggap tak miliki nilai guna.

Di tangan Herlina, pohon ini  diubah miliki nilai guna. Tangkai daun diolah sedemikin rupa menjadi serat daun yang kuat dan elastis. Ini lah yang disebut Agel. Lilitan serat Agel ini selanjutnya  disulap menjadi berbagai macam kerajinan tangan. Mulai Tas Diana, Dompet, Topi Syahrini, Kotak Tisu sampai tatakan gelas. Semua dijual dengan harga mulai Rp 30 ribu sampai yang termahal Rp 200 ribu.

Dirintis sejak 2007, pasar yang disasar pun makin meluas. Berawal dari Bangkalan dan sekitarnya,   produk Lyena Craft kini sudah merambah Surabaya, Banyuwangi dan Bali. Bahkan, sejak tiga tahun terakhir,  sudah masuki pasar ekspor dengan tujuan Amerika Serikat, Jepang dan China. “Tahun ini, saya ingin masuk pasar Eropa,” tandasnya optimistis.

Dengan paten di tangan, Herlina semakin percaya diri mampu mewujudkan mimpi tersebut. Apalagi, Semen Indonesia memberi dukungan penuh atas usaha yang dirintis selama ini. Tak hanya pembiayaan tapi juga pendampingan. Baik dalam pengelolaan manajemen sampai kesempatan mengikuti pameran di dalam maupun luar negeri. “Termasuk dukungan dalam pengurusan paten ini. Semua ditanggung sepenuhnya oleh Semen Indonesia. Kalau saya sendiri, nggak kebayang bisa dapatkan (paten) seperti ini,” tandasnya.

Kisah sukses yang dipetik Herlina ini cukup unik.  Semua ini bermula dari rasa kepedulian pada warga  Madura yang jadi pengungsi akibat kerusuhan Sambas Kalimantan tahun 2000 lalu.  Saat itu, ada sebanyak 375 kepala keluarga  yang direlokasi dan dibangunkan tempat tinggal  di Desa Klebun Kecamatan Sepuluh, 50  km dari Kota Bangkalan.

Terdorong rasa   simpati dan empati, Herlina waktu itu mendaftar sebagai relawan di Yayasan Sumbangsih Nuansa Madura.  Basic ilmu keperawatan yang dimiliki  menempatkannya sebagai tenaga pendamping kesehatan. Nah, di tengah mengisi kekosongan waktu itu, para pengungsi diajari membuat ketrampilan membuat serat  Agel. “Akhirnya   keterusan  dan berjalan sampai sekarang,” ungkap Herlina.

Usahanya kini terus berkembang. Dirintis kali pertama dengan melibatkan 10 warga, kini Lyena Craft sudah miliki 100 warga binaan.  Secara berkala, tiga kali dalam sepekan, Herlina berkunjung ke sana. Atas kegiatan bisnis ini, setiap bula omzet yang dipetik antara Rp 50-60 juta per bulan.  Selain mengajari proses finishing juga mengenalkan bentuk-bentuk model pesanan.

“Tiga bulan terakhir kami sibuk mengerjakan pesanan  dari  China,” ujarnya. Tidak takut ditiru? “Kan kami sekarang sudah punya paten. Kenapa harus takut?” sergahnya dengan senyum memesona. (ram)

 

Sumber : http://www.enciety.co/bermula-urus-pengungsi-wanita-ini-kini-jadi-jutawan/